starbanjar.com
Rumah Lanting
Rumah Lanting

Diserang Hunian Modern, Nasib Rumah Lanting Kini Memprihatinkan

M Rahim Arza
06.4.2020

Pamor rumah lanting di Kota Banjarmasin makin hari kian meredup. Sebagian kondisi fisiknya sudah banyak yang lapuk, sebagian lagi bahkan ditinggalkan begitu saja oleh para penghuninya ke tempat yang lebih modern. Padahal dulu, bangunan bertipe rumah apung itu menjadi salah satu hunian tradisional yang cukup gandrung disukai warga bantaran sungai kota ini. 

Anda bisa melihat jejeran rumah tersebut di kawasan pinggiran Pasar Lama, Seberang Masjid, Mantuil, dan sejumlah area lainnya di Banjarmasin Selatan.

Salah satu pemilik Rumah Lanting di kawasan Pasar Lama, Saibani (58 tahun) mengakui kondisi memprihatinkan ini. Ditemui starbanjar di kediamannya, pada Sabtu (4/4/2020) tadi, dia membeberkan sampai sekarang hanya 16 buah rumah lanting yang tersisa di sekitar rumahnya. 

"Warga yang lain banyak memilih pindahan ke rumah modern (darat) dan sebagian warga di sini sudah mengubah jadi rumah panggung, mungkin dianggap lebih kokoh dan permanen daripada Rumah Lanting," ujar Saibani.

ini

Saibani sendiri memilih bertahan lantaran rumah lanting ini merupakan peninggalan tiga generasi. Berangkat dari hal itu, ia memilih berdiam di sini untuk mewarisi warisan kebudayaan keluarganya. 

Kendati begitu, ia tetap berharap Pemerintah Kota Banjarmasin bisa segera memuat program untuk melestarikan Rumah Lanting sebagai rumah adat Banjar yang hampir punah. Sebab, dulu pemko sempat melakukan pendataan terkait rumah-rumah itu. 

Kata Saibani, ia tak minta muluk-muluk, selain dana bantuan, pihaknya cuma meminta paring sebagai fondasi utama lanting tiap dua tahun sekali untuk melestarikan rumah ini. 

Adapun pemerhati Sejarah Banjar, Yudi Yusmili, menganggap rumah lanting itu merupakan model pariwisata berbasis sungai yang harus dilestarikan masyarakat Banjarmasin karena memiliki nilai sejarah. 

Dalam prosesnya, ia mengisahkan para penjual-penjual bambu dari Hulu Sungai sebagian (Daerah Loksado) berlarut membawa paring ke Banjar.

 "Tumpukan paring bambu itu diikat. Di mana singgah di situ mereka mulai membangun hunian-hunian sederhana. Paring diperlukan untuk bangunan rumah pada waktu itu," ucapnya.

Yudi mengungkapkan, beberapa daerah menuju Mantuil, kampung Pekauman RK Ilir masih ada tumpukan lanting dari Hulu Sungai itu.

"Mesti tidak semua rumah lanting digusur. Saya berharap, sisakan beberapa untuk atraksi Pariwisata. Tentu saja dibina dan difasilitasi oleh Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin. Ini salah satu budaya orang Banjar dari zaman dahulu," pungkas Yudi.