starbanjar.com
timnas-inggris_169.jpeg
Mengapa Nilai Pasar Pemain Inggris di Euro 2024 Sangat Mahal?

Euro 2024: Mengapa Pemain Inggris Memiliki Nilai Pasar yang Mahal?

Redaksi Daerah
11.6.2024

JAKARTA – Tim nasional Inggris diketahui tiba di Jerman untuk berlaga di UEFA Euro 2024 dengan status sebagai skuad paling mahal. Menariknya, mayoritas pemain The Three Lions berasal dari klub-klub Premier League.

Menurut data Transfermarkt.com mengungkapkan sebanyak 92,3% dari 26 pemain yang dibawa oleh pelatih Gareth Southgate bermain di klub Premier League, dengan Crystal Palace menjadi klub yang paling banyak menyumbangkan pemain, yaitu sebanyak 4 pemain.

Sementara itu, nilai pasar seluruh skuat Inggris yang berlaga di UEFA Euro 2024 mencapai level 1,52 miliar Euro atau setara Rp26,7 triliun. Angka ini unggul jauh dibandingkan Prancis yang berada di posisi kedua dengan nilai pasar 1,23 miliar Euro atau Rp21,6 triliun.

Di sisi lain, ini adalah bukan kali pertama Inggris menduduki puncak skuat termahal di turnamen antarnegara beberapa tahun terakhir. TrenAsia mencatat, pada ajang Piala Dunia 2022 dan UEFA Euro 2020, The Three Lions memiliki nilai pasar masing-masing sebesar Rp20,53 triliun dan Rp22,92 triliun.

Pertannyaannya, mengapa Inggris selalu memimpin dalam nilai pasar tertinggi di ajang antarnegara? Namun, dari segi prestasi di kancah internasional, The Three Lions terakhir kali menjuarainya pada Piala Dunia 1966 dan menjadi satu-satunya sepanjang sejarah mereka.

Homegrown Player

Asal tahu saja, tingginya nilai pasar atau harga pemain The Three Lions salah satunya didorong oleh kebijakan homegrown player yang dijalankan PSSI-nya Inggris alias FA. Melansir The Athletic, aturan ini pertama dijalankan pada 2015 oleh ketua FA saat itu, Greg Dyke. 

Homegrown player mewajibkan klub-klub Premier League harus mendaftarkan minimal 8 pemain lokal yang telah dibina dari akademi dalam skuad mereka yang terdiri dari 25 pemain. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan potensi pemain berbakat bagi tim nasional.

Perlu dicatat, homegrown player tidak hanya berlaku untuk warga negara Inggris saja, tetapi juga untuk semua pemain dari berbagai negara, asalkan mereka telah menjalani pembinaan di akademi di Inggris selama minimal tiga tahun sebelum mencapai usia 21 tahun.

Situasi tersebut pernah dialami oleh pemain-pemain terkenal seperti Paul Pogba yang dididik oleh Manchester United, dan Hector Bellerin yang dibina oleh akademi Arsenal. Bahkan, punggawa Timnas Indonesia, Elkan Baggot juga memperoleh status tersebut, karena telah bermain untuk Ipswich Town sejak 2019 ketika usianya baru 17 tahun. 

Lonjakan Harga

Namun, dalam praktiknya, klub-klub raksasa Liga Premier lebih cenderung mencari homegrown player sebagai tambahan untuk posisi kiper ketiga. Cara tersebut pernah digunakan Manchester City dan Chelsea yang merekrut Scott Carson dan Marcus Bettineli sebagai kiper ketiga. 

Mengapa demikian? Sebab, dampak diterapkannya kebijakan homegrown player mengakibatkan harga pemain melonjak drastis, terutama saat pemain tersebut sedang berada di puncak kariernya dan masih muda. 

Fenomena tersebut terjadi pada Harry Maguire ketika Manchester United merekrutnya dari Leicester City pada 2019 dengan biaya sebesar Rp1,4 triliun. Manchester City juga mengalami situasi yang sama ketika membeli Jack Grealish dari Aston Villa pada 2021 dengan biaya Rp2 triliun.

Mayoritas Homegrown

Sayangnya, Gareth Southgate tidak membawa kedua pemain tersebut ke Jerman karena performa mereka di musim ini kurang memuaskan. Selain itu, nilai pasar Maguire dan Grealish juga mengalami penurunan dibandingkan musim sebelumnya, masing-masing menjadi Rp312 miliar dan Rp1,04 triliun.

Yang menarik, puncak nilai pasar pemain Inggris saat ini dipegang oleh Jude Bellingham, yang notabene bermain di luar Premier League, yaitu Real Madrid dengan nilai pasar mencapai Rp3,12 triliun. Nah berikut daftar pemain Inggris yang memiliki nilai pasar di atas Rp1 triliun.

  1. Jude Bellingham – Real Madrid (Rp3,12 triliun)
  2. Phil Foden – Manchester City (Rp2,60 triliun)
  3. Bukayo Saka – Arsenal (Rp2,43 triliun)
  4. Declan Rice – Arsenal (Rp2,08 triliun)
  5. Harry Kane – Bayern Munchen (Rp1,73 triliun)
  6. Cole Palmer – Chelsea (1,39 triliun)
  7. Trent Alexander-Arnorld – Liverpool (Rp1,21 triliun)
  8. Ollie Watkins – Aston Villa (Rp1,21 triliun)
  9. Anthony Gordon - Newcastle (Rp1,04 triliun)

Berbeda Nasib 

Dari sembilan pemain Inggris yang memiliki nilai pasar di atas Rp1 triliun, mayoritasnya bermain di Premier League. Hal ni berbanding terbalik dengan Prancis, di mana pemain dengan nilai pasar di atas level tersebut sebagian besar bermain di luar Ligue 1.

Oleh sebab itu, tak heran jika Premier League dijuluki sebagai liga terbaik di dunia baik dari segi industri ataupun permainan. Pasalnya, dari 41 dengan nilai pasar di atas Rp1 triliun yang akan berlaga di Euro 2024, sebanyak 17 pemain bermain untuk klub Premier League. 

Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan liga-liga top Eropa lainnya, di mana masing-masing Serie A, Bundesliga, dan La Liga menyumbang 7 pemain, sementara Ligue 1 hanya menyumbang 3 pemain. 

Sejatinya, PSSI-nya Inggris membuat kebijakan homegrown player bertujuan mendongkrak Premier League sekaligus menyengat tim nasional mereka yang puluhan tahun hanya menjadi penghibur di turnamen antarnegara. 

Sejak terakhir kali memenangkan Piala Dunia pada tahun 1966, prestasi The Three Lions di ajang tersebut hanya mencapai babak semifinal dan kalah dalam perebutan tempat ketiga pada edisi 1990 dan 2018. 

Sementara itu, di ajang Euro, Inggris belum pernah meraih gelar juara. Prestasi terbaik mereka adalah mencapai semifinal edisi 1968 dan 1996, serta final pada edisi 2020. Ini kontras dengan klub-klub Premier League yang masih bisa berjaya di Liga Champions selama dua dekade terakhir.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 10 Jun 2024 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 11 Jun 2024