starbanjar.com
collage-finance-banner-concept.jpg
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (TrenAsia/Idham Nur Indrajaya)

ICAEW Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 4,9 Persen pada 2024-2026

Redaksi Starbanjar
10.2.2024

STARBANJAR - Tahun 2024 menjadi periode yang penuh tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut proyeksi Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) berdasarkan studi Oxford Economics pada akhir 2023. 

Meskipun diperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus bertumbuh secara perlahan, beberapa faktor diidentifikasi sebagai potensi penghambat, termasuk perlambatan pertumbuhan global yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Tiongkok, penurunan popularitas sektor pariwisata, serta penurunan konsumsi swasta.

Menurut Elaine Hong, ICAEW Director for China and South-East Asia, pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara secara umum diperkirakan akan mengalami perlambatan, tetapi Indonesia diharapkan memasuki fase baru dalam perjalanan ekonominya. 

“Melalui riset Oxford Economics ini, kami mengarahkan pandangan ke depan dengan mengamati peluang dan tantangan agar Indonesia dapat mempersiapkan langkah-langkah yang tepat untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih baik," ujar Elaine melalui riset yang diterima TrenAsia, dikutip Jumat, 9 Februari 2024. 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 sekitar 4,9% per tahun selama periode 2024-2026, meskipun dengan risiko penurunan yang semakin meningkat. Data dari World Bank yang disampaikan dalam acara "Indonesia 2024: Economic Outlook and Future Directions" juga menegaskan bahwa meskipun prospek pertumbuhan positif, risiko penurunan tetap ada.

Pada kuartal ketiga tahun 2023, terjadi peningkatan investasi sebesar 5,8% dalam setahun, menunjukkan ekspansi positif meskipun dihadapi suku bunga domestik yang lebih tinggi dan permintaan luar negeri yang melemah. 

Namun, sektor ekspor tetap menjadi titik lemah, dengan total ekspor turun 4,3% year-on-year (yoy), memperburuk kondisi dari kuartal sebelumnya. 

Pertumbuhan ekspor barang menurun menjadi 6,9% yoy, sementara pertumbuhan ekspor jasa, terutama pariwisata, melambat menjadi 33,8% yoy.

Elaine Hong menekankan bahwa Indonesia diharapkan dapat menghadapi tantangan ini dengan mengamati peluang yang muncul, termasuk dalam mengatasi ketergantungan terhadap sektor ekspor. 

Proyeksi riset juga menyatakan bahwa neraca transaksi berjalan diprediksi akan mengalami defisit, membuat nilai tukar rupiah menjadi lebih rentan terhadap fluktuasi sentimen risiko global.

Bank Indonesia pada November 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga utamanya di 6%, meskipun terjadi pelemahan nilai tukar rupiah. 

Meskipun volatilitas nilai tukar tetap tinggi, riset ini memprediksi bahwa Bank Indonesia kemungkinan akan mempertimbangkan langkah pemangkasan suku bunga sebagai upaya mendukung pertumbuhan, meski tingkat inflasi terbilang rendah. Perubahan kebijakan suku bunga baru diperkirakan akan dimulai pada pertengahan tahun 2024.

Secara global, kebijakan moneter yang ketat diperkirakan akan memberikan tekanan pada ekspor Indonesia. Di kuartal ketiga, wilayah Asia Tenggara menunjukkan momentum ekonomi yang tangguh meskipun Amerika Serikat mengalami periode pertumbuhan yang lemah. 

Sektor pariwisata, yang sebelumnya mengalami masa keemasan, kehilangan daya tariknya dengan pemulihan kedatangan wisatawan yang terhenti. Tingkat konsumsi masyarakat juga mengalami penurunan akibat laba ekspor yang lebih rendah, berdampak pada pasar tenaga kerja dan investasi.

Kebijakan moneter ketat yang diterapkan sebelumnya juga mulai memberikan dampak pada daya beli melalui biaya layanan utang yang lebih tinggi. 

Dampak pandemi, seperti tabungan yang terkuras dan tingkat utang yang lebih tinggi, memiliki potensi untuk mengarah pada pembatasan pengeluaran dan perbaikan neraca keuangan.

Dalam konteks ini, kebijakan fiskal yang ketat diperkirakan akan memberikan beban tambahan pada pertumbuhan ekonomi, dengan anggaran tahun 2024 diproyeksikan akan mengarah pada pengeluaran yang terkendali. 

Para ahli ekonomi juga tidak mengharapkan pemotongan suku bunga hingga kuartal kedua 2024, sementara inflasi berpotensi untuk melanjutkan penurunannya.

Secara keseluruhan, proyeksi ekonomi Indonesia tahun 2024 menunjukkan bahwa sambil tetap menghadapi tantangan global dan domestik, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan peluang yang muncul untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih baik.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 10 Feb 2024