starbanjar.com
Mortir
Mortir

Ihwal Penemuan Mortir, Sejarawan Duga Berasal dari eks-Rikugun Jepang

Redaksi Starbanjar
06.1.2021

STARBANJAR - Pekan lalu masyarakat Kalsel dihebohkan dengan penemuan mortir yang diduga berasal dari sisa perjuangan masa kemerdekaan.

Mortir ditemukan di kawasan Gunung Damarwulan, lingkungan PTPN 13 di Desa Ambungan, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut.

Penemuan tersebut sempat menghebohkan warga sekitar, sehingga membuat personel Polres Tanah Laut yang dipimpin Kabag Ops Kompol Novi Adiwibowo dan Tim Gegana dari Brimob Polda Kalsel di Banjarbaru langsung mengamankan wilayah tersebut.

Hasil identifikasi, mortir tersebut masih aktif. Guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, mortir tersebut langsung diledakkan berjarak sekitar 300 meter dari tempat penemuan mortir.

Lantas dari mana asal mortir tersebut? Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur tidak bisa dipastikan kapan kurun waktu produksi mortir tersebut.

Terlebih, benda berbahaya itu sudah diledakkan sehingga belum bisa diteliti secara fisik dan tentunya memerlukan waktu panjang untuk identifikasi.

"Walaupun demikian terdapat beberapa dugaan. Diperkirakan mortir ini adalah senjata eks-Rikugun Jepang," tutur Mansyur, Selasa (3/1/2021).

Dia menjelaskan dari beberapa arsip dan catatan Sejarah Banjar masa Revolusi Fisik tahun 1945-1949, pasukan yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) bermarkas di wilayah Belitung Banjarmasin, pernah melakukan pencarian senjata eks Rikugun Jepang di wilayah Ambungan Tanah Laut.

Pencarian itu dilakukan oleh Abdurrahman Abbas dan M. Suriansyah di pedalaman Ambungan Pelaihari, sekitar 15 kilometer ke arah bukit-bukit.

"Mengapa mencari di Ambungan? karena disinilah pada sekitar bulan Juli 1945 sejumlah pelajar Tjugakko Banjarmasin, antara lain Abdurrahman Abbas, M. Suriansyah, Idzuldin, Achmadsyah, Hanafiah Amin, Soegito, dan lain-lain pernah bekerja bakti ‘kinroshosi’ yang terakhir".

"Tugas mereka ketika itu ialah memindah harta rampasan sekutu, dari Ambungan ke bukit-bukit yang dijadikan basis oleh tentara Rikugun (Angkatan Darat)," jelas Ketua LKS2B Kalimantan ini.

Dalam perjalanan mundur dari Kalimatan Timur, para pelajar Tjugakko Banjarmasin tersebut membawa beberapa unit howitzer, senapan mesin AK dan beberapa suplai makanan.

Tugas pikul ini berjalan kaki turun naik bukit, melalui hutan belukar. Guru yang membimbing ialah engku Kamarudin dan engku Sukiman. Rencana pencarian ini diberikan petunjuk oleh engku Kamarudin.

"Sayangnya, rencana ini tidak terlaksana karena diterima informasi bahwa lokasi itu sudah kosong terkecuali beberapa kerangka manusia," sebut Mansyur.

Mansyur menjabarkan, wilayah Ambungan memang pernah menjadi basis dari pasukan MN 1001 yang sebagian besar anggotanya berasal dari masyarakat Kurau, Gambut dan daerah sekitarnya (daerah pesisir laut). Karena itulah di wilayah Tanah Laut seperti daerah Kurau Gambut dan daerah sekitarnya berdiri markas-markas pangkalan.

"Markas-markas pangkalan tersebut adalah markas Pangkalan Handil Lawahan pimpinan Satar Djinal, Handil Gunung Kuliling pimpinan Mukri Asang, dan pangkalan lainnya. Sementara di Ambungan, terdapat Pangkalan Pasar Ambungan yang dipimpin oleh Matsin. Diperkirakan lokasi Pasar Ambungan inilah yang menajdi lokasi pasar di lingkungan PTPN 13 sekarang, tempat ditemukannya mortir," tutupnya.