starbanjar.com
pos-credit-card-settlement-instead-cash-settlement-shopping.jpg
Ilustrasi bank. (Freepik)

Inilah Sebab Saham Perbankan Meroket di Momentum Pemilu 2024

Redaksi Starbanjar
22.2.2024

STARBANJAR – Mirae Asset Sekuritas Indonesia memberikan gambaran mengenai saham di sektor keuangan, termasuk perbankan, yang memperoleh momentum positif untuk meroket di momentum pemilihan umum (pemilu) 2024. 

Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan, pemilu presiden yang diprediksi hanya akan berlangsung dalam ssatu putaran telah memberikan keyakinan kepada pelaku industri dan bisnis untuk mengambil keputusan yang lebih ekspansif. 

Pasalnya, pemilu yang berpotensi berakhir lebih cepat dari perkiraan awal dianggap dapat menghilangkan ketidakpastian dan kekhawatiran terkait proses pemilihan kepala negara yang bisa saja berlarut-larut.

Tidak hanya itu, prediksi positif terhadap iklim investasi untuk turut diikuti oleh kayakinan bahwa Bank Indonesia (BI) akan mulai menurunkan suku bunga pada semester II-2024. 

“Prediksi positif pada iklim investasi tersebut dibarengi dengan faktor prediksi dipangkasnya BI rate pada semester II-2024,” ujar Rully dalam Media Day: February 2024 by Mirae Asset Sekuritas, dikutip Kamis, 22 Februari 2024. 

Selain suku bunga BI dan Pemilu yang diperkirakan rampung lebih cepat, faktor makroekonomi pun memberikan dukungan kepada iklim investasi di dalam negeri. 

Faktor-faktor seperti perkembangan inflasi di negara-negara ekonomi maju yang memengaruhi suku bunga, stabilitas inflasi dalam negeri, serta kendali terhadap neraca luar negeri dan fiskal merupakan faktor-faktor krusial yang perlu diperhatikan.

Selain itu, Rully mencatat bahwa optimisme terkait iklim investasi juga didasarkan pada prediksi belanja pemerintah yang lebih fokus pada menjaga stabilitas makroekonomi. 

Meskipun demikian, ia juga mengingatkan bahwa ada beberapa risiko yang dapat memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia, seperti ketidakpastian geopolitik yang masih menghantui.

Rully juga menyebutkan beberapa faktor risiko lainnya, seperti potensi penurunan harga komoditas akibat perlambatan ekonomi di China dan tingkat global, inflasi di Amerika Serikat yang mungkin lebih tinggi dari ekspektasi, serta ketidakpastian ekonomi yang masih berlanjut akibat dari pemilu.

Melihat ke depan, Rully menyatakan bahwa publik juga menantikan momen politik selanjutnya, yaitu pembentukan kabinet yang akan menunjuk menteri-menteri dan pejabat negara lainnya. 

Hal ini dianggap sebagai faktor penting yang dapat memengaruhi arah kebijakan pemerintahan baru terkait kondisi ekonomi dan investasi.

Robertus Hardy, Head of Research Team Mirae Asset, menambahkan pandangan historis terkait potensi penurunan suku bunga acuan domestik. 

Akan Lebih Baik

Dengan pontesi penurunan suku bunga acuan domestik dan sentimen positif dari pemilu yang diperkirakan lebih cepat seperti yang disoroti oleh Rully, Robertus pun memperkirakan sektor keuangan akan tampil lebih baik dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri. Selain sektor keuangan, sektor siklikal dan nonsiklikal pun memperoleh momentum positif di pasar saham. 

“Kami meyakini situasi ketika Bank Indonesia berpotensi melonggarkan kebijakan moneternya seperti sekarang, mirip dengan pasca krisis finansial global 2008 dan pandemi COVID-19 pada 2020,” papar Robertus.

Saham-saham perbankan yang yang mengalami pertumbuhan signifikan di antaranya berasal dari Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA/BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI/BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI/BBNI). 

Sehari setelah pemilu, saham BBRI mengalami kenaikan signifikan, mencapai Rp6.275 persaham setelah pembukaan pasar. 

Saat penutupan sesi pertama, saham tersebut kemudian ditutup pada Rp6.125 persaham, mencatatkan kenaikan harian sebesar 2,08%. Pada hari berikutnya, 16 Februari, BBRI terus melanjutkan tren positif dengan kenaikan tambahan sebesar 0,41%.

Tidak hanya BBRI, saham BMRI juga mencatat kenaikan harga yang signifikan, menyentuh level tertinggi sepanjang masa sehari setelah pemilu. 

Sehari setelah pemilu, BMRI mencapai Rp7.375 persaham menjelang penutupan sesi pertama, tetapi akhirnya ditutup pada Rp7.200 per saham. Namun, pada hari berikutnya, harga saham BMRI stagnan dan ditutup pada harga yang sama.

Selain itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencatat kinerja positif pada hari Kamis sebelumnya. BBCA berhasil mencapai Rp9.975 persaham pada perdagangan intraday, lima menit setelah pembukaan pasar. 

Pencapaian tersebut melampaui rekor tertinggi sebelumnya yang berada di Rp9.800 persaham pada tanggal 12-13 Februari. Pada penutupan hari tersebut, BBCA berakhir di posisi Rp9.850 persaham, dan tren kenaikan masih berlanjut pada perdagangan hari berikutnya.

Harga penutupan BBCA pada Jumat, 16 Februari, mencapai Rp9.950 persaham, mencatat kenaikan harian sebesar 1,02%. Ini menunjukkan performa yang positif bagi saham-saham bank besar, seperti BBRI, BMRI, dan BBCA, dalam beberapa sesi perdagangan terakhir.

Untuk saham perbankan dengan mempertimbangkan kinerja operasional dan finansial yang solid, Robertus merekomendasikan saham BBCA dan BBRI. 

Pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis, 22 Februari 2024, saham BBCA dan BBRI memang mencatat penurunan dengan persentase masing-masing sebesar 1% dan 0,79%. Namun, IHSG sendiri memang ditutup melemah 0,13% pada penutupan perdagangan hari ini. 

Walaupun keduanya menurun, Mirae Asset Sekuritas optimis kedua saham perbankan tersebut dapat meraih capaian yang positif dalam beberapa waktu ke depan. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 22 Feb 2024