Bagikan:
STARBANJAR- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut adanya penurunan investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia.
Hal ini dibuktikan oleh harga jual dari PLTS terapung Cirata berkapasitas 145 Mega Watt (MW) yang sebesar 5,8 sen dolar per Kilo Watt Hour (kWh).
Menurutnya, hal ini tidak lepas dari penurunan biaya investasi secara umum.
“Dalam satu dekade saja, penurunan biaya investasi PLTS sudah mencapai 80 persen,” ujar Arifin, dikutip dari Trenasia, partner resmi Starbanjar.com Senin, 24 Mei 2021.
Selain itu, ia mencontohkan hal yang sama juga terjadi di Saudi Arabia. Arifin bilang, penawaran terendah pengembangan PLTS di negara tersebut oleh ACWA Power tercatat sebesar 1,04 sen dolar per kWh.
Adapun berdasarkan market sounding oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, penawaran harga listrik PLTS terapung di beberapa lokasi kurang lebih 3,68-3,88 sen dolar per kWh.
Sebagai informasi, pemanfaatan pembangkit ini capaian terbesar masih diduduki oleh Tiongkok. Ia menjadi negara terbesar di dunia dalam memanfaatakan energi surya dengan kapasitas terpasang sebesar 263 Giga Watt (GW) pada 2019. Kemudian diikuti oleh Amerika Serikat dan Jepang, masing-masing kapasitasnya 62 GW dan 61 GW.
Meskipun demikian, Arifin tetap optimistis Indonesia memiliki potensi pasar yang besar. Jika potensi pasar ini dimanfaatkan secara optimal, katanya, peluang yang dapat diciptakan setiap dekade bisa mencapai 30-100 GW.
Oleh karena itu, Arifin mengaku tengah mencoba merancang regulasi yang disusun selaras dengan peluang pasar.“Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan Rancangan Peraturan Presiden harus sudah ada target pasar yang bisa menjadi daya tarik industri hulu untuk masuk berinvestasi,” ungkapnya.