Bagikan:
TOKYO - Kamis 8 Agustus 2024 siang lalu Jepang sempat diguncang gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo yang berpusat di Prefektur Miyazaki. Gempa tersebut memaksa pemerintah mengeluarkan peringatan dini terjadinya Tsunami.
Meskipun magnitudo gempa tersebut tergolong besar, laporan awal menunjukkan tidak adanya korban jiwa akibat gempa dangkal tersebut. Hanya tiga rumah yang dilaporkan mengalami kerusakan akibat kejadian ini.
Sebagai sebuah negara kepulauan Jepang menyadari wilayahnya terletak di kawasan Cincin Api Pasifik, wilayah ini terkenal dengan tingkat aktivitas seismik yang tinggi.
Untuk menghadapi risiko gempa bumi yang sering terjadi, negara ini telah mengembangkan sistem bangunan yang dirancang khusus agar tahan terhadap gempa bumi. Pemerintah Jepang menerapkan peraturan pembangunan gedung yang sangat ketat untuk memastikan keamanan struktur bangunan.
Guna meminimalisir dampak bencana alam, pemerintah Jepang rutin melakukan inspeksi untuk memastikan setiap bangunan memenuhi standar tahan gempa dan perlindungan terhadap bencana alam lainnya.
Setiap 10 tahun sekali, semua bangunan di Jepang diwajibkan menjalani pemeriksaan keselamatan yang mencakup pengecekan kualitas struktur bangunan. Pemeriksaan ini bertujuan memastikan bangunan tetap aman dan dapat menahan gempa serta kondisi lainnya.
Sistem dan peraturan ketat ini terbukti efektif dalam mengurangi risiko korban jiwa dan kerusakan yang lebih parah selama kejadian gempa bumi. Jepang terus berkomitmen untuk meningkatkan teknologi dan regulasi terkait keselamatan bangunan demi melindungi warga negaranya dari bencana alam yang tidak terhindarkan.
Untuk meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa bumi, Jepang telah mengadopsi berbagai jenis struktur yang dirancang untuk memitigasi dampak gempa.
Berikut adalah perbandingan tiga struktur utama yang sering digunakan dalam pembangunan bangunan tahan gempa di negara tersebut.
Struktur Taishin, struktur ini menggunakan rangka baja sebagai kerangka utama, menawarkan kekuatan tinggi dan elastisitas yang sangat baik. Baja memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan sifat elastis, memungkinkan struktur untuk menyerap energi gempa dengan efektif dan kembali ke bentuk semula setelah kejadian.
Namun, biaya pembangunan dengan struktur baja cenderung lebih mahal dan baja rentan terhadap korosi, sehingga memerlukan perlindungan khusus dan biaya tambahan.
Di sisi lain, Struktur Seishin menawarkan metode penggunaan beton bertulang. Struktur ini menawarkan kekuatan tekanan yang tinggi dan daya tahan terhadap cuaca.
Struktur ini umumnya lebih murah dibandingkan dengan baja dan memiliki daya tahan yang baik. Namun, beton bersifat kaku dan berat, sehingga memerlukan pondasi yang lebih kuat dan kurang fleksibel dalam menyerap energi gempa.
Struktur Menshin, Struktur ini mengadopsi sistem isolasi dasar yang memisahkan bangunan dari fondasinya menggunakan bahan isolator seperti karet atau bantalan baja.
Sistem ini dikenal efektif dalam menyerap dan meredam energi gempa, melindungi struktur bangunan dari kerusakan akibat pergerakan tanah. Namun, biaya dan kompleksitas sistem ini lebih tinggi dibandingkan dengan struktur lainnya.
Pemilihan struktur bangunan tahan gempa tergantung pada faktor-faktor seperti jenis tanah, iklim, anggaran, dan fungsi bangunan. Struktur Taishin sangat cocok untuk gedung tinggi yang memerlukan kekuatan dan elastisitas ekstra.
Struktur Seishin lebih sesuai untuk bangunan bertingkat rendah hingga menengah yang membutuhkan daya tahan baik dengan biaya lebih terjangkau. Sementara Struktur Menshin, meskipun lebih mahal dan rumit, sangat ideal untuk bangunan strategis seperti rumah sakit, sekolah, dan gedung pemerintahan yang memerlukan perlindungan tambahan terhadap bencana alam.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 09 Aug 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 15 Agt 2024