Bagikan:
STARBANJAR - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) langsung tancap gas menyiapkan sejumlah jurus untuk mengerek kinerja penjualan jamu di Tahun Naga Kayu. Langkah ini diambil usai emiten jamu ini membukukan mencatatkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan sepanjang tahun 2023.
Melansir laporan keuangan SIDO yang dipublikasikan di BEI, laba bersih perseroan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada akhir tahun 2023 mencapai Rp950,64 miliar. Jumlah ini menurun 13,95% secara year-on-year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 yang sebesar Rp1,10 triliun.
Manajemen emiten berkodekan SIDO ini mengungkapkan penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat. “Hal itu sebagai akibat dari melemahnya daya beli dan inflasi pangan yang cukup tinggi di tahun 2023,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip pada Rabu, 21 Februari 2024.
Sebetulnya jika mengacu data per kuartal IV-2023, SIDO berhasil menjaring pertumbuhan secara signifikan. Akan tetapi, penjualan pada periode tersebut tak bisa menutupi kinerja sepanjang 2023 yang ambles 7,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Meskipun dihadapkan pada kondisi ekonomi yang menantang, SIDO tetap berhasil mempertahankan pangsa pasar, terutama pada produk andalannya yaitu Tolak Angin. Hingga akhir tahun 2023, minuman penolak masuk angin ini berhasil menguasai 72% pangsa pasar.
Lantas untuk menolak kinerja 2024 yang masuk angin, SIDO masih akan terus berinovasi melalui perluasan portofolio produk antara lain Alang Sari Cool (produk siap minum), Sido Muncul Vitamin C+D (produk siap minum), Esemag (Herbal), Sari Kunyit Plus (Herbal), dan Female Balance (Herbal).
Manajemen SIDO mengungkapkan bahwa bisnis siap minum (RTD) mengalami pertumbuhan sebesar 42% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh tanggapan positif terhadap peluncuran produk Alang Sari Cool dan Sido Muncul Vitamin C+D (VCD).
Dilihat dari kinerjanya per kuartal, SIDO sukses mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp1,2 triliun pada kuartal IV-2023. Angka ini menunjukkan kenaikan lebih dari 70% quarter-on-quarter (QoQ) dibandingkan dengan kuartal III-2023.
Selain itu, penjualan ekspor juga mengalami pertumbuhan lebih dari 80% secara QoQ. "Dari segi profitabilitas, Gross Profit Margin (GPM) tetap stabil di angka 57% pada akhir tahun 2023, mengalami sedikit perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya," demikian penjelasannya.
Sementara itu, biaya operasional, yang melibatkan biaya promosi dan iklan, serta biaya administrasi & umum, mengalami penurunan sebesar 2,4% sebagai hasil dari efisiensi biaya, dengan margin laba operasional inti mencapai 35%.
Meskipun demikian, secara keseluruhan, hingga 31 Desember 2023, SIDO sukses encatatkan penjualan sebesar Rp3,56 triliun, mengalami penurunan sebesar 7,75% secara tahunan dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp3,86 triliun.
Adapun beban pokok penjualan Sido Muncul juga mengalami penurunan menjadi Rp1,54 triliun pada tahun 2023 dibandingkan dengan Rp1,69 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Akibatnya, laba bruto perusahaan yang terkenal dengan jenaman minuman herbal Tolak Angin ini pada sepanjang tahun 2023 tercatat turun menjadi Rp2,01 triliun dari posisi Rp2,16 triliun pada tahun 2022.
Analis Stockbit Sekuritas Edi Chandren mengungkapkan bahwa kinerja SIDO sepanjang 2023 telah melampaui ekspestasi konsesus di tengah berbagai tantangan ekonomi. Ia juga meyakini emiten jamu ini mampu mengarungi 2024 dengan kinerja yang impresif.
“Laba bersih 2023 melampaui (108%) ekspektasi konsensus. Hasil itu ditopang oleh kinerja kuat pada 4Q23, dengan laba bersih sebesar Rp364 miliar (+162,9% qoq, -5.3% yoy),” paparnya dalam riset harian baru-baru ini.
Ia juga mengungkapkan bahwa kinerja SIDO pada 4Q23 sendiri didorong oleh pemulihan pendapatan yang mencapai Rp 1,2 triliun (+70% qoq, -3,8% yoy). “Margin juga pulih signifikan secara kuartalan berkat kenaikan beban pokok penjualan (+43,1% qoq) dan beban usaha (+8,7% qoq) yang jauh lebih moderat dibandingkan pendapatan,” imbuhnya.
Setelah ini, lanjut Edi, kinerja SIDO akan pulih pada 2024, walaupun tidak terlalu signifikan. Pemulihan kinerja perseroan akan didorong oleh daya beli masyarakat yang lebih baik, sehingga penjualan bisa kembali bertumbuh positif.
“Perbaikan daya beli masyarakat sendiri akan didukung oleh pembelanjaan terkait kampanye pada tahun politik, kenaikan anggaran program perlindungan sosial, dan tingkat inflasi yang kembali rendah di level 2-3%,” terang Edi.
Berdasarkan data IDX Mobile pada perdagangan Kamis, 21 Februari 2024, saham bergerak stagnan di level Rp580 per saham sejak dibuka perdagangan dibuka. Hingga sekitar pukul 11.00 WIB, kapitalisasi pasar emiten jamu berada di angka Rp17,04 triliun.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 21 Feb 2024