Bagikan:
JAKARTA - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang serius dan dapat mengancam jiwa, terutama pada anak-anak. Ketika anak terjangkit DBD, penting bagi orang tua atau pengasuh untuk mengenali tanda-tanda awal, mengetahui cara penanganan yang tepat, dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Gina Noor Djalilah Pakar Kesehatan UM Surabaya sekaligus dosen spesialis anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menjelaskan bahwa DBD sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yakni demam dengue, demam berdarah dengue dan dengue syok syndrome.
“Di beberapa kasus , gejala DBD pada anak jenis demam dengue seringkali diartikan sebagai gejala flu biasa atau infeksi yang disebabkan jenis virus lainnya,”papar Gina dikutip dari laman Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Selasa, 26 Maret 2024.
Beberapa tanda tersebut termasuk demam tinggi yang dapat berlangsung selama 3 hingga 14 hari setelah digigit nyamuk, mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot, dan pegal linu di seluruh tubuh, serta kemunculan ruam kemerahan pada kulit dan pembengkakan pada kelenjar getah bening setelah digigit nyamuk.
Menurut Gina, Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat menyebabkan dampak yang semakin serius dalam tubuh anak karena terjadi perembesan plasma darah. Hal ini ditandai dengan gejala seperti pembengkakan, sesak napas, pembesaran perut, dan pendarahan spontan di beberapa bagian tubuh.
Gina menjelaskan bahwa gejala DBD yang parah ini muncul karena penanganan yang terlambat dan karena sistem kekebalan tubuh anak yang belum cukup kuat untuk melawan virus. Anak yang memiliki komorbiditas seperti obesitas, meskipun telah mendapat perawatan medis, juga rentan terkena dampak parah dari DBD. Gejala pada anak biasanya dimulai 24 hingga 48 jam setelah terinfeksi atau saat hari keempat dari demam.
“Setelah penurunan suhu tubuh mulai terjadi, beberapa gejala akan muncul seperti sakit perut atau perut terasa nyeri saat ditekan,perubahan suhu tubuh dari demam menjadi hipotermia, tangan dan kaki dingin dan pucat, muntah darah atau feses berdarah, mimisan, gusi berdarah tanpa sebab, trombosit dalam darah mengalami penurunan, kerja organ limpa mengalami kerusakan,”terang Gina.
Ia juga menegaskan jika anak sudah pada tahap ini anak akan merasa lelah, gelisah, mudah tersinggung dan mudah marah. Akan ditemukan adanya bocoran plasma saat dilakukan pemeriksaan.
Gina menekankan bahwa DBD yang paling berat pada anak adalah dengue syok syndrome, yang merupakan jenis DBD paling fatal. Gejalanya termasuk perdarahan yang tiba-tiba dan berlangsung terus-menerus di berbagai bagian tubuh, penurunan tekanan darah yang drastis, melemahnya denyut nadi, kebocoran pada pembuluh darah, produksi urine yang sangat menurun atau bahkan tidak ada, dan kegagalan fungsi organ internal, termasuk penurunan jumlah trombosit di bawah 100.000 permili meter kubik.
"Gejala DBD ini sangat serius dan memerlukan penanganan segera. DBD telah menyebabkan banyak kematian, terutama pada anak-anak," tambahnya.
Terakhir, Gina menyarankan orang tua untuk waspada terhadap gejala DBD pada anak, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh anak dengan memastikan asupan cairan yang cukup, memberikan makanan bergizi, dan memberikan anak suplemen vitamin.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 26 Mar 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 27 Mar 2024