starbanjar.com
XXI
XXI

Kredit Konsumsi Melambat dan NPL Meningkat, Masyarakat Mulai Kencangkan Ikat Pinggang

Redaksi Starbanjar
14.10.2020

STARBANJAR - Dampak Pandemi Covid-19 pelan tapi mulai terasa. Kredit konsumsi perbankan diketahui terus melambat seiring dengan peningkatan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit konsumsi per Juli 2020 hanya tumbuh sebesar 1,4% year-on-year (yoy). Sementara itu, NPL naik ke level 2,3%, tertinggi sepanjang 2020.

Hal serupa juga disampaikan PT Bank Mandiri, bahwa kredit konsumsi yang disalurkan kepada rumah tangga dan kredit pemilikan kendaraan bermotor (KKB) mengalami penurunan paling dalam.

“KKB secara umum mengalami kontraksi sejak April 2020 sebesar 1,9% yoy, kemudian per Juli terkontraksi lagi menjadi 11,9% (yoy) dengan NPL mencapai 2,9%,” tulis keterangan resmi perseroan, dilansir dari trenasia, Selasa, (13/10/2020.

Di sisi lain, kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit peralatan rumah tangga lainnya masih tumbuh positif walaupun mengalami perlambatan. Masing-masingnya hanya tumbuh 3,4% yoy dan 4,5% yoy. Dalam hal ini, NPL untuk KPR tercatat lebih tinggi ketimbang NPL KKB, yakni 3,2%.

Tak hanya itu, di sektor industri peer to peer lending (P2PL) pun juga ada risiko penurunan kualitas kredit. Diketahui, OJK melaporkan rasio TWP90 atau tingkat wanprestasi per Agustus sebesar 8,9%, melonjak dua kali lipat dari Maret 2020 sebesar 4,2%.

Rasio tersebut diprediksi masih terus meningkat di tengah nilai penyaluran yang terus tumbuh. Per Agustus 2020, nilai penyaluran pinjaman di Jawa tumbuh 4,2% secara bulanan atau month-to-month (mtm), demikian juga di luar Jawa yang tumbuh 4,1% mtm.

Bank Indonesia (BI) dan regulator terkait pun disarankan untuk terus menjaga daya tahan sektor keuangan. “Perlu upaya yang lebih masif, terkoordinasi dengan baik, dan konsisten untuk memastikan masyarakat optimistis dengan pemulihan ekonomi nasional,” tulis keterangan tersebut.

Menurutnya, hal ini penting mengingat aktivitas perekonomian hanya akan berjalan optimal ketika mobilitas masyarakat kembali meningkat.

Ketika kemampuan dan aktivitas ekonomi masyarakat berangsur pulih, lanjutnya, sektor keuangan lebih mampu untuk memitigasi risiko peningkatan kredit bermasalah yang tengah dihadapi saat ini.