starbanjar.com
IMG_20220916_074513.jpg
Mantan Rektor ULM, Sutarto Hadi menjelaskan perihal bukunya yang diluncurkan di Aula Student Aktivity Center, ULM. (Istimewa)

Luncurkan Buku Lini Masa Sutarto Hadi, Refleksi Kepemimpinan Rektor ULM

Redaksi Starbanjar
15.9.2022

STARBANJAR - Peluncuran Buku Lini Masa Sutarto Hadi: Menebalkan Eksistensi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) berlangsung dibedah oleh akademisi di Aula Student Activity Center, Jalan Brigjen Hasan Basri, Kayu Tangi, Kota Banjarmasin.

Kegiatan yang didukung oleh Program Pendidikan Sendratasik FKIP ULM itu bagian dari Dies Natalis ULM ke-64, menghadikan narasumber yakni Abdul Gaffar Karim (Dosen Fisipol UGM), serta dua editor yakni Sainul Hermawan (Dosen PBSI FKIP) dan Sumasno Hadi (Dosen Filsafat FKIP), yang dimoderatori oleh Dewi Alfianti.

"Ada dinamika ketika pemilihan rektor ULM. Bayangkan, saya mencalonkan rektor saat itu memperoleh suara paling sedikit, cuma 7 suara. Namun saat itu dipilih oleh menteri," ucap Sutarto Hadi, Kamis (15/9/2022).

Tentu, Sutarto merasa itu memunculkan pertanyaan publik apakah dirinya menggunakan money politik atau tidak. Dia membantah karena saat itu memang dipilih langsung oleh menteri secara kualifikasi tersebut.

"Dari mana juga saya punya uang, apalagi menyogok menteri. Kedatangan dari pusat waktu itu adalah tim sukses saya yakni Prof Ahmad dan Prof Zainal Abidin. Mereka mengajak saya ke Martapura agar tidak terlalu lama di ruang senat," jelasnya.

Sutarto mengaku perjalanan karirnya sebagai rektor tak selalu mulus, sebab banyak halangan yang dilewatinya sampai sekarang hingga dapat membangun kampus ULM itu. Dia bersyukur dapat menuliskan jejak karirnya selama ini, bahkan dapat dibaca oleh masyarakat luas lewat buku Linimasa tersebut

Narasumber yang merupakan dosen Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM, Abdul Gaffar Karim menyebut ada beban sejarah yang dimiliki oleh perguruan tinggi ULM di Banjarmasin, jika menelisik ke belakang bahwa Presiden Ir. Soekarno-lah yang membangun kampus bercorak burung Enggang tersebut.

"Saya kira ini adalah pondasi warisan besar ketika ULM dibangun oleh Soekarno. Punya beban sejarah, ketika itu diminta langsung saat pembangunan ULM oleh pendiri bangsa kita," katanya.

Gaffar telah lama tertarik tentang kampus ULM, terlebih ketika dirinya membaca literatur dalam buku sejarah yang ditulis seseorang tentang Soekarno ketika bertemu langsung dengan masyarakat adat di Kalimantan Selatan. Kata dia, pihak masyarakat adat saat itu meminta cuma satu, yaitu memiliki studi hukum tata negara maka lahirlah kampus kecil ini. Dan perlahan menjadi kampus besar bernama ULM.

Menurut Gaffar, jika dibanding dengan kampus lainnya cuma dibangun serta diresmikan oleh menteri, maka ULM cukup berbangga dibangun oleh tokoh presiden pertama. "Kampus ULM harus mengambil peran lebih jauh dari sekarang, apalagi memiliki pondasi kuat saat ini," ujarnya.

Gaffar memberi pandangan bahwa potensi dan kekuatan itu terbangun ketika kepemimpinan Sutarto Hadi berjalan, serta melakukan peranannya dalam membangun ULM. Justru, dia melihat kemajuan ULM nantinya saat Ibu kota Negara (IKN) menjadi pusat kenegaraan, maka diharapkan nanti adalah menjadi perguruan tinggi yang unggulan di antara kampus di Kalimantan.

Dosen FKIP sekaligus editor buku Linimasa, Sainul Hermawan menilai bahwa buku itu memiliki ragam keistimewaan dalam sepak terjangnya, terlebih saat membangun kampus ULM. Tertuang dalam tulisan, dia menyadari bahwa banyaknya pandangan rekan sahabat Sutarto Hadi tentang kepemimpinan, tak jauh dari gagasan besarnya dalam mengembangkan ULM.

"Kami cukup tertatih-tatih dalam kerja tim buku ini, dan nyaris sebulan ya kita melakukan penghimpunan, serta menyunting naskah," ungkap Sainul.

Sementara, dosen FKIP ULM sekaligus editor buku Linimasa, Sumasno Hadi menyebut posisi dirinya adalah editor, serta menghimpun data, testimoni dan hasil wawancara kepada para Dekanat.

"Itupun tidak semua yang dapat saya peroleh. Sesuai apa yang disampaikan oleh Pak Sainul tadi. Terbatas waktu dan semacamnya," katanya.

Sumasno melihat pengembangan kampus sekarang lebih baik dari sebelumnya, terlebih ketebukaan informasi dan demokratis itu," jelasnya.

Diakhir, Dewi membacakan prestasi dan sepak terjang yang dilakukan oleh Sutarto Hadi semasa kepemimpinannya, yaitu Akreditasi ULM A, Ciptakan Doktor dari 135 (2014) jadi 360 (2022) dan Guru Besar dari 24 (2014) jadi 67 (2022). Kemudian, pembangunan infrastruktur gedung dari dana hibah IDB, Satker menjadi Badan Layanan Umum (BLU), dan Fokus Riset ke Pengembangan Lahan Basah.