starbanjar.com
Banjir
Banjir

Masalah Klasik Banjir 'Calap' di Banjaramasin Terus Terulang, Simak Saran Pengamat

Redaksi Starbanjar
15.1.2021

STARBANJAR- Masalah banjir dan genangan (calap) yang melanda Kota Banjarmasin belakangan waktu terakhir sudah saatnya disikapi secara serius.

Ketua Ikatan Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (INTAKINDO) Kalsel, Nanda Febryan Pratamajaya, mengatakan upaya ini bisa diawali dengan penanganan drainase secara menyeluruh alias tidak terpisah-pisah.

"Pada umumnya penanganan drainase masih bersifat parsial (terpisah-pisah), sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas," kata Nanda dalam keterangan tertulis yang diterima Starbanjar, Kamis (14/1/2021).

Lagi pula, menurut Nanda, saluran-saluran pembuangan air di Kota Banjarmasin sebagian besar tidak memenuhi syarat teknis drainase. Contohnya, banyak sedimentasi di saluran/sungai sehingga menyebabkan pendangkalan.

"Harusnya secara berkala dilakukan pengendalian sedimentasi di semua jaringan drainase kota, untuk menjaga kapasitas drainase itu sendiri," kata lulusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya ini.

Pada lingkungan permukiman padat yang tidak memungkinkan dibuat drainase konvensional, Nanda mengingatkan perlunya membuat saluran tersendiri dari jalan menuju bawah/ kolong bangunan. Agar jalan tidak tergenang. Ia menceritakan hal ini sudah diterapkan pada beberapa ruas jalan di Kota Surabaya.

Pada lingkungan permukiman padat yang tidak memungkinkan dibuat drainase konvensional dan memiliki potensi banjir, pemerintah menurutnya harus membuat sistem pengendali banjir dengan sistem pompanisasi skala besar. Agar air dapat disalurkan ke sungai terdekat.

Adapun masalah lainnya, Nanda mengurai masih ada banyak tumbuh gulma di saluran/sungai. Sehingga hal demikian memicu terhambatnya aliran air.

"Pemanfaatkan MCK dan pembuangan sampah (langsung) ke saluran atau sungai juga berperan menutup saluran drainase," tuturnya. Belum lagi penyempitan alur dan anak sungai yang membuat daya tampung air tidak mencukupi lagi.

Nanda menyimpulkan, pembenahan drainase secara simultan bisa diwujudkan secara konkret dengan menyusun strategi khusus dengan rancangan besar (masterplan). Tentunya, rancang bangun drainase harus juga melalui prinsip kanalisasi dan berwawasan lingkungan (eco-drainase) seiring kondisi Kota Banjarmasin yang dikelilingi sungai.

"Eco-drainase, dalam artian, sungai-sungai yang ada ditata dan difungsikan secara maksimal sebagai pengendali genangan di Kota Banjarmasin, dengan memperhatikan fungsi ekologisnya," tandasnya.