starbanjar.com
IMG_20220929_190625.jpg
Merlyn Sopjan, Aktivis Transpuan Beri Edukasi Security System yang digelar oleh PKBI Kalsel. (Istimewa)

Merlyn Sopjan Hadir ke Banjarmasin, Aktivis Transpuan Beri Edukasi Security System

Redaksi Starbanjar
29.9.2022

STARBANJAR - Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalimantan Selatan menggelar Lokakarya Security System Tingkat Daerah yang dilaksanakan di Hotel Pop, Jl. H. Djok Mentaya, Kota Banjarmasin, Kamis (29/9/2022).

Menghadirkan sosok Merlyn Sopjan, aktivis transgender Indonesia yang acapkali menyuarakan isu keseteraan hak-hak kelompok transpuan (waria).

"Mendapatkan rasa aman adalah hak setiap warga negara yang dijamin oleh Undang-Undang. Namun, bagi kelompok terpinggirkan seperti kelompok waria di Kota Banjarmasin," ucap Direktur PKBI Kalimantan Selatan, Hapniah.

Kata Hapniah, hak untuk mendapatkan rasa aman adalah hal yang masih harus diperjuangkan. Dia menjelaskan, bermacam-macam jenis Kekerasan Berbasis Gender (KBG) dialami oleh waria mulai dari kekerasan fisik, ekonomi, seksual, dan psikis.

"Untuk itu, demi membuat bagan serta alur rujukan yang bisa menjadi acuan bagi kelompok waria dalam mengakses layanan jika dan ketika mereka mengalami KBG, perlu disusun sebuah dokumen sistem keamanan (security system) melalui lokakarya," ungkap Hapniah.

Lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang dilakukan oleh para ahli di bidang yang sama untuk membahas suatu permasalahan yang sesuai dengan bidang keahliannya. Tujuan utama pelaksanaannya adalah untuk mencari solusi atas suatu permasalahan yang terjadi. 

Berdiri di antara sejumlah para transpuan Banjarmasin, Merlyn memberikan sebuah treatmen, serta bagaimana seorang transpuan berada ditengah lingkungan dan menjaga keamanan dirinya, tak terkecuali sebuah lembaga yang dihimpunnya tersebut.

"Langkah penting, bagaimana seseorang tak mudah mengkriminalisasikan kita (waria). Mungkin, ada orang yang tak suka dengan kita, serta membenci sekalipun. Namun, tak bisa memperlakukan kita gak adil," ucap Merlyn, pemenang Ratu Kecantikan Putri Waria Indonesia 2006 itu.

Merlyn Sopjan dan Direktur PKBI Kalimantan Selatan.

Menurut Merlyn, sebuah tindakan pembubaran dan penolakkan terhadap kaum minoritas yang terjadi di masyarakat sekitar. Dia memandang, harus melihat aspek hukumnya apakah memiliki dasar atau tidak, maka para transpuan berhak melakukan kegiatan sosialnya.

"Tindakan sebuah pembubaran serta penolakkan terhadap LGBT, khususnya pihak waria aja ya. Dasar hukumnya tidak ada," beber Merlyn.

Merlyn menyebut sebagian organisasi transpuan di Indonesia telah legal secara Kemenkumham. Kata dia, para transpuan cuma ingin melakukan kegiatan sosial sebagaimana warga lainnya.

"Bahkan ketika pihak polisi memeriksa, tak ada yang salah. Para transpuan tidak melanggar aspek hukum, apalagi ujaran kebencian. Itulah menjadi dasar kita ke depannya untuk terus menyuarakan hak transpuan," ujarnya.

Bahkan, Merlyn berpandangan seharusnya para pemerintah dan aparat penegak hukum terlibat dalam forum-forum seperti ini. Sehingga, dia menginginkan agar ada satu persepsi yang sama dan tak menimbulkan kecurigaan, apalagi stigma yang muncul.

"Dan polisi bisa melakukan validasi itu, sehingga isu yang mencuat tidak melanggar hak para transpuan di daerah," ucap Merlyn, aktivis kelahiran 1973 itu.

Kemudian, Merlyn melihat orientasi gender maupun orientasi seksual seseorang, tak bisa dilihat hanya sebelah mata saja. Tetapi, dia menyarankan kepada siapa saja yang berhubungan langsung dengan para transpuan, maka sebaiknya meminta testimoni atau pengakuan langsung darinya.

"Karena kita tak bisa melihat dari segi fisiknya, ada yang bertubuh maskulin tetapi dirinya waria. Dan ada juga yang berpenampilan sebagaimana dirinya hendak berpenampilan layaknya perempuan," jelas dia.

Merlyn menyampaikan juga bahwa para transpuan tidak dapat meminta seseorang itu sepaham, apalagi memberi pemakluman. Menurutnya, tidak bisa dihindari hal semacam itu sehingga perlu adaptasi yang baik ke lingkungan tersebut.

"Tidak membatasi ekspetasi atau pandangan seseorang ke kita. Namun, bagaimana melihat seseorang dalam ekspresi gendernya. Seperti berpakaian dan sebagainya," kata Merlyn, alumni Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.

Kelompok 3 tengah mempresentasikan hasil diskusinya.

Bagi Merlyn, komunikasi itu hal penting dan vital dalam bersosial. Dia mengedukasi agar dapat beradaptasi ke masyarakat sekitar, sehingga mengurang stigma yang muncul.

"Jika kita tertutup, cuma di rumah saja. Itu semakin eksklusif, dan membuat warga menjadi curiga ke kita (waria). Gimana lingkungan mengenal kita, kalau dari diri kita sendiri yang menutupnya," kata Merlyn.

Aktivis transpuan yang dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa (DHC) dari Northern California Global University Amerika itu mendorong para transpuan agar tetap melakukan kerja sosialnya, sehingga menjadi bagian dari masyarakat itu. Memang tak mudah, menurutnya inilah langkah yang harus dilakukan sejak dini.

"Harusnya para waria harus berbesar diri ditengah lingkungannya. Gimana dirinya saja lagi untuk beradaptasi dan mengembangkan potensinya itu," pungkasnya.

Dalam kesempatan itu, Merlyn membagi tiga kelompok untuk mendiskusikan, serta menyusun data keamanan sebuah lembaga organisasi. Di dalam kelompok itu membahas seputar keamanan gedung, keamanan arsip dan keamanan sumber daya manusia (SDM) atau pengurus di sebuah lembaga. Mereka juga memetakan para aktor yang mendukung pihaknya, serta mempersulit kerja organisasi dan sosialnya.