Bagikan:
DHAKA - Muhammad Yunus, seorang peraih Hadiah Nobel Perdamaian dan pendiri Grameen Bank, kini menjadi pemimpin pemerintahan sementara Bangladesh setelah pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Keputusan Hasina untuk mundur dipicu oleh protes besar-besaran mahasiswa yang menentang pemerintahannya yang dianggap otoriter. Demonstrasi ini menyebabkan puluhan korban jiwa dan melumpuhkan perekonomian negara.
Setelah kerusuhan terjadi selama berminggu-minggu Hasina memutuskan kabur dari negaranya dengan helikopter militer. Kepergian Hasina menyebabkan kosongnya tampuk kekuasaan di Bangladesh.
Muhammad Yunus, lahir di Chittagong 28 Juni 1940 dari kalangan saudagar muslim taat di negara yang kalaitu masih menjadi bagian Pakistan Timur.
Pada tahun 1965, Yunus menerima beasiswa Fulbright untuk melanjutkan studi di Amerika Serikat dan meraih gelar doktor dalam bidang ekonomi dari Universitas Vanderbilt pada tahun 1971.
Selama periode 1969 hingga 1972, Yunus menjabat sebagai asisten profesor ekonomi di Universitas Negeri Tennessee Tengah di Murfreesboro, Amerika Serikat.
Pada tahun 1971, di tengah Perang Pembebasan Bangladesh dari Pakistan, Yunus mendirikan komite warga negara dan Pusat Informasi Bangladesh di Amerika untuk menggalang dukungan kemerdekaan Bangladesh, Yunus juga menerbitkan Bangladesh Newsletter dari rumahnya di Nashville.
Setelah perang, ia kembali ke Bangladesh dan bergabung dengan Komisi Perencanaan Bangladesh. Namun, Yunus merasa tidak puas dengan pekerjaan tersebut, ia mengundurkan diri dan menjadi kepala departemen ekonomi Universitas Chittagong.
Menyaksikan bencana kelaparan tahun 1974, Yunus terlibat dalam upaya pengentasan kemiskinan dan mendirikan program ekonomi pedesaan sebagai proyek penelitian.
Pada tahun 1975, ia mengembangkan sistem bagi hasil pertanian Nabajug (Era Baru) Tebhaga Khamar yang kemudian diadopsi oleh pemerintah sebagai sebuah program pemberdayaan.
Muhammad Yunus telah lama dikenal sebagai “Bankirnya Orang Miskin”, Pada tahun 1983, ia mendirikan Grameen Bank yang diakui secara internasional memberikan kontribusi bagi orang miskin.
Pada tahun 2006, ia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya pengentasan kemiskinan dibangladesh melalui program mikrofinansial yang diselenggarakan Grameen Bank.
"Saya merasa sulit untuk mengajarkan teori-teori ekonomi yang elegan di ruang kelas universitas, di tengah-tengah kelaparan yang mengerikan di Bangladesh. Tiba-tiba, saya merasakan kekosongan teori-teori tersebut di tengah kelaparan dan kemiskinan yang parah," terang Yunus dalam pidato kala menerima penghargaan nobel, dilansir Reuters, Kamis, 8 Agustus 2024.
Hingga tahun 2024 Grameen Bank telah hadir di 81.678 desa di bangladesh jumlah tersebut mencakup 94% keseluruhan desa di Bangladesh, serta menyediakan layanan kepada hampir 45 juta orang, melalui 10,61 juta anggota peminjam.
Pada tahun 2012, ia diangkat sebagai Rektor Universitas Glasgow Caledonian di Skotlandia dan menjabat posisi tersebut hingga tahun 2018. Sebelumnya, Yunus merupakan profesor ekonomi di Universitas Chittagong, Bangladesh.
Sheikh Hasina, yang telah memimpin Bangladesh selama beberapa dekade, akhirnya mundur setelah tekanan dari demonstrasi mahasiswa yang menuntut perubahan.
Demonstrasi ini terjadi akibat ketidakpuasan terhadap pemerintahannya yang dianggap otoriter. Setelah rumahnya diserbu demonstran, Hasina melarikan diri dengan helikopter.
Yunus telah lama berselisih dengan Hasina, Yunus menuduh Hasina "menghisap darah orang miskin". Selain itu, Yunus menghadapi berbagai kasus hukum yang dianggap bermotif politik selama pemerintahan Hasina.
Para pimpinan demonstran menuntut Muhammad Yunus untuk naik ketampuk kekuasaan, sesuatu yang tidak Yunus pikirkann sebelumnya. Saat ini, Muhammad Yunus berada di Prancis untuk menjalani prosedur medis. Namun, ia akan segera kembali ke Bangladesh untuk memimpin pemerintahan sementara.
“Kami sangat gembira untuk mengatakan bahwa Dr. Yunus telah setuju menerima tantangan ini untuk menyelamatkan Bangladesh sesuai permintaan mahasiswa kami.” terang kelompok Students Against Discrimination, dilansir Reuters.
Sebagai pemimpin sementara, Yunus akan menghadapi banyak tantangan. Ia harus menegakkan hukum dan ketertiban, memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara, menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil, serta menangani pelanggaran hak asasi manusia.
Reformasi ekonomi juga menjadi prioritas utama, Yunus diharapkan dapat memerangi korupsi dan memajukan pertumbuhan ekonomi Bangladesh.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 09 Aug 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 13 Sep 2024