starbanjar.com
Penjahit
Penjahit

Pandemi Covid-19, Usaha Rumah Jahit di Banjarmasin Ikut Lesu

Redaksi Starbanjar
30.7.2020

STARBANJAR- Pandemi Covid-19 menghantam segala lini bisnis, juga termasuk usaha kecil-kecilan berupa rumah jahit. Sejak pagebluk melanda, pesanan jahitan diakui merosot tajam. Para pelaku usaha yang satu ini mengharap stimulus dari pemerintah.

Lesunya usaha rumah jahit ini salah satunya diakui oleh Fitri Yulinda (25 tahun). Penjahit asal Kota Banjarmasin ini berusaha keras agar tempat usahanya terus berjalan.

Sejak pandemi, orderan menjahit di tempatnya merosot tajam. Pesanan setelan baju yang biasanya diterima untuk acara perpisahan sekolah, wisuda, pernikahan, resepsi, dan sejenisnya hampir tak ada.

"Jadi sebelum adanya pandemi ini, kami cukup kewalahan mengerjakan orderan yang terus datang setiap minggunya. Biasanya dalam satu bulan kami bisa menyelesaikan sekitar 40pcs gaun dan 20 pcs baju biasa," ujarnya, Rabu (29/07/2020).

Menurunnya pesanan sangat dirasakan pada saat pelaksanaan PSBB di Banjarmasin pada Aprli lalu. Bahkan sampai-sampai baju pesanan yang selesai dijahit harus tertahan, lantaran terlambat untuk diambil pemilik.

Linda panggilan akrab Fitri Yulinda pun akhirnya memutuskan untuk menutup sementara tempat usahanya selama dua bulan lebih. Sembari berpikir keras bagaimana agar usahanya tetap bisa berjalan.

Maklum yang dipikirkan tak hanya ekonominya, tapi juga nasib tiga asistennya.

"Selama masa tutupnya orderan, saya memutar otak agar usaha ini tidak terhenti, agar saya dan ketiga asisten penjahit tetap ada pemasukan," bebernya.

Penjahit Linda di Banjarmasin

Belakangan, Linda pun akhirnya memutuskan untuk mencari peluang lain. Menjahit setelan yang biasanya dilakukan dikesampingkan sementara. Dia pun memilih untuk menjahit baju khusus ibu menyusui.

"Baju jenis ini sedang hype di kalangan ibu-ibu menyusui di rentang usia 23 sampai 30 tahunan. Kami rumah jahit linda menjadi rumah produksi baju menyusui yang pertama di Banjarmasin ini," ucap pemilik Rumah Jahit Linda Linda ini.

 Kendati demikian, peluang usaha dengan menjahit baju untuk ibu menyusui ini pun tentunya tak seramai dulu. Maklum saja masih banyak orang yang tahu dengan produknya tersebut.

"Saat ini sambil terus penjualan produk baju menyusui. Kami juga sudah mulai mengerjakan custom order. Sayangnya, orderan belum sebanyak biasanya. Minggu ini kami hanya menerima pesanan 3 pcs gaun dan 2 pcs tunik," imbuhnya.

Pada sisi lain, tak kalah penting adalah soal modal usaha yang saat ini sangat diperlukannya. Linda pun berharap usahanya bisa mendapatkan stimulus dari pemerintah. Sebab dia mengetahui bahwa pemerintah saat ini tengah berusaha untuk membantu menghidupkan ekonomi kerakyatan.

"Dana itu akan saya gunakan untuk membeli bahan baku, upah jahit karyawan, dan sebagai dana promosi," harapnya.

Sementara itu, Pemko Banjarmasin rupanya memang telah menerima suntikan Dana Insentif Daerah (DID) dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 13,4 miliar. Dana ini dikucurkan untuk stimulus guna membantu pemulihan ekonomi kerakyatan yang terpuruk akibat pandemi CoVID-19.

"Sudah dapat tambahan dana dari pemerintah pusat untuk pemulihan ekonomi, Rp 13,4 miliar kita dapat. Sudah masuk dananya," ujar Kepala Badan Keuangan Daerah (Bakeuda) Banjarmasin Subhan Noor Yaumil.

 Bantuan ini dikucurkan untuk pemulihan ekonomi, khususnya masyarakat yang bergerak di bidang usaha kecil, seperti konveksi, UMKM maupun pariwisata. 

"Misal untuk penjahit bisa dimodali untuk membuat masker, karena masker ini sangat dibutuhkan saat ini. Nanti Pemko yang beli," jelasnya.

 Lantas kapan dana ini bisa disalurkan ke masyarakat? Subhan mengatakan bahwa, DID ini  akan disalurkan di tahun anggaran perubahan. Sebab saat ini penggunaan anggaran tersebut sedang disusun. "Ini akan disusun diperubahan untuk program tersebut. Nanti dikucurkan di APBD perubahan," tukasnya.