Bagikan:
JAKARTA - Smartphone adalah salah satu alat yang canggih dan memudahkan kita untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Namun, studi baru mengungkapkan bahwa ada konsekuensi yang bermasalah dari kecanduan smartphone pada Gen Z.
Seperti yang dilansir dari Indy100, sebuah studi menemukan bahwa remaja yang memiliki hubungan bermasalah dengan smartphone cenderung mengalami lebih banyak kecemasan, depresi, dan insomnia. Menyikapi hal tersebut, ketika generasi muda tumbuh dengan smartphone, beberapa orang khususnya yang berada di Amerika Serikat mengambil langkah drastis untuk meninggalkan smartphone mereka dan menggantinya dengan dumbphones dalam upaya menghentikan doomscrolling.
Hal ini terjadi bersamaan dengan dua studi baru yang menemukan semakin banyaknya remaja yang mengembangkan gejala menyerupai kecanduan terhadap smartphone mereka. Mereka juga menghabiskan waktu untuk scrolling di ponsel serta mengorbankan waktunya untuk melakukan aktivitas yang lebih bermakna lainnya.
Para peneliti di King’s College London mengatakan bahwa perilaku bermasalah lainnya yang muncul pada anak muda adalah panik jika tidak bisa menggunakan ponsel dan kesulitan mengatur waktu yang dihabiskan pada perangkat tersebut.
Menurut para ahli, sebagian kecil remaja ikut terpengaruh penggunaan buruk smartphone tersebut namun perilakunya tidak seekstrem seperti kecanduan. Namun, mungkin segera ada cukup bukti bagi dokter untuk mengklasifikasikannya sebagai kecanduan. Remaja yang melaporkan penggunaan ponsel yang bermasalah sebanyak dua kali lebih mungkin melaporkan gejala kecemasan daripada yang tidak melaporkan masalah tersebut.
Sebanyak 44 persen dari mereka yang berusia antara 13 dan 16 tahun yang melaporkan penggunaan perangkat yang bermasalah melaporkan gejala kecemasan, dibandingkan dengan 26,4 persen pengguna ponsel yang lebih moderat.
Seorang penulis kedua studi dan profesor statistik medis di King’s Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience, Ben Carter, mengatakan bahwa dengan mengungkapkan hubungan antara penggunaan ponsel yang bermasalah dan kesehatan mental yang lebih buruk, serta menunjukkan bahwa kaum muda menyadari masalah ini dan ingin mengelola penggunaan mereka, studi ini menyoroti perlunya intervensi berbasis bukti untuk membantu remaja yang berjuang dengan perilaku bermasalah seputar penggunaan ponsel pintar mereka.
Para peneliti juga turut menekankan bahwa penggunaan ponsel bermasalah tidak sama dengan screen time. Mereka menemukan bahwa penggunaan platform media sosial seperti TikTok dan Instagram lebih tinggi di antara mereka yang berusia 16 hingga 18 tahun dengan penggunaan ponsel pintar bermasalah, tetapi penggunaan WhatsApp dan internet umum lainnya sama di antara semua pengguna ponsel.
Mereka menemukan bahwa remaja perempuan lebih mungkin daripada laki-laki melaporkan penggunaan ponsel bermasalah, dengan banyak anak muda juga mengungkapkan keinginan mereka untuk menghabiskan lebih sedikit waktu di ponsel mereka.
Dean Burnett, ahli saraf dan penulis buku Why Your Parents Are Hung Up On Your Phone and What To Do About It, mengatakan bahwa hal yang paling menggembirakan baginya adalah bahwa kaum muda ini mengatakan mereka ingin bantuan dan mereka tidak ingin menggunakan ponsel mereka sebanyak itu. Hal itu berarti ada kesadaran yang lebih besar di sana dan pengakuan bahwa mereka tidak menggunakan ponsel dengan cara yang sehat.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 01 Agt 2024