starbanjar.com
IMG_20220911_232356.jpg
Ketua Harian PSMTI Kalimantan Selatan, Arifin Suritiono menerbangkan lampion pada acara Mooncake Festival 2022. (Foto: Achmad Ary Ananta)

Puluhan Lampion Hiasi Malam di Banjarmasin, Mooncake Festival Didorong Masuk Kalender Pariwisata

Redaksi Starbanjar
10.9.2022

STARBANJAR - Puluhan lampion diterbangkan oleh Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalimantan Selatan dalam rangka Mooncake Festival di kawasan Siring 0 Kilometer, Kota Banjarmasin, Sabtu (10/9/2022).

"Acara perayaan ini biasanya dilakukan saat pertengahan musim gugur, yaitu tanggal 15 bulan 8 penanggalan Lunar Tionghoa (Kalender Imlek). Para keluarga Tionghoa berkumpul," ucap Ketua Harian PSMTI Kalimantan Selatan, Arifin Suritiono.

Momentum kumpul bersama keluarga, Arifin menjelaskan ada panjatan doa saat jelang malam di perayaan kue bulan tersebut. Sembari menikmati kue bulan, kata dia, warga Tionghoa kerap mengucap rasa syukur atas pelimpahan nikmat.

"Jelang tengah malam, warga Tionghoa kumpul serta menikmati kue bulan itu," ujarnya.

Arifin bilang, acara Religi Expo ini merefleksikan nilai kebersamaan, termasuk dalam rangkaian Mooncake Festival. Esensi berkumpulnya, kata dia, sangat bersamaan dengan acara malam ini.

"Semua masyarakat Banjar turut merasakan adanya acara perayaan ini. Ada nilai keberagamaan di acara Religi Expo."

Direktur LK3 Banjarmasin, Abdani Solihin mendorong pemerintah agar memasukan acara Mooncake Festival ini ke dalam kalender pariwisata di Kalimantan Selatan.

Menurutnya, Mooncake Festival ini memiliki nilai budaya yang tinggi, sehingga terciptalah nilai kerukunan dan keberagaman dalam masyarakat Banjar.

"Sejak lama hadir, terbukti dari tradisi-tradisi yang ditampilkan di panggung Religi Expo 2022. Terutama dengan mantra yang dilafalkannya berbahasa Banjar," jelas Abdani.

Menurut Abdani, orang dahulu memiliki kedewasaan yang kuat dalam memandang keberagamaan.

"Orang dahulu (masyarakat Banjar) telah menerima keberagamaan itu, adalah sesuatu yang nyata. Terwujud dalam kehidupan mereka," katanya.

Foto: Achmad Ary Ananta

Pemerhati budaya Tionghoa, Maria Roeslie menjelaskan bahwa perayaan kue bulan (Mooncake Festival) ini disebut Sembahyang Pia (Tiong Ciu Pia) yang diperingati saban tahunnya oleh masyarakat Tionghoa.

Berbeda dengan kota lainnya, dia menilai perayaan Mooncake Festival ala peranakan Tionghoa Banjar ini sangat kaya akan nilai pembauran budayanya.

Dahulu, nenek moyang masyarakat Banjar dengan orang Tionghoa telah lama hidup berdampingan. Lantas, Maria memandang adanya nilai yang kuat, sehingga tercipta rasa damai dalam keberagamaan dan terjadi akulturasi budaya yang harmonis.

"Mari kita bersatu memajukan bangsa, khususnya banua kita. Saya harapkan generasi penerus bangsa dapat merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari," ungkap dia.

Dengan begitu, menurut Maria, acara budaya peranakan Tionghoa Banjar ini dapat memberi warna dalam agenda budaya Banjar.

Sehingga, kata dia, rangkaian dalam pembauran itu menjadi magnet atau daya tarik para wisatawan untuk datang berkunjung ke Banua tercinta.

Senanda dengan Maria, Punia Dewi merupakan warga Tionghoa Banjar itu mengaku senang dapat terlibat dalam acara Mooncake Festival di Siring Banjarmasin tersebut.

Dia merasa pembauran masyarakat Banjar dengan warga Tionghoa itu nyata, bahkan dinikmati hingga saat ini.

"Ternyata memang warga Tionghoa dan warga Banjar itu sudah berbaur sejak lama pada abad 13. Dan malah kita itu sangat rukun," ucapnya.

Dalam penampilan di panggung Religi Expo, Punia melihat dari mantra-mantra berbahasa Banjar seperti Batampungas dan Bapupur. Artinya, kata dia, akulturasi budaya terjadi ditengah masyarakat Banjar kala itu.

"Saya harapkan dengan adanya Religi Expo 2022 ini, dan Mooncake Festival menjadi daya tarik para wisatawan mancanegara. Sehingga mendorong perekonomian UMKM di Kalimantan Selatan," tandasnya.