starbanjar.com
IMG_20221002_185913.jpg
Musisi Muda Irfan Maulana berduet dengan Maestro Delis memainkan alat musik Sensapi khas Dayak Deah. (M Rahim Arza)

Rumah Oettara Dorong Maestro Delis Dianugerahi Oleh Kemendikbud RI, Alat Sensapi Mulai Dikenal

M Rahim Arza
01.10.2022

STARBANJAR - Petikan bunyi alat Sensapi terdengar syahdu yang dimainkan oleh Maestro Delis dan Musisi Muda Sensapi, Irfan Maulana di halaman Rumah Oettara, Jalan Junjung Buih, Kota Banjarbaru, Sabtu (1/10/2022) malam.

Mereka berdua melakukan pentas kecil, sebelumnya siang itu telah memberikan workshop kepada peserta yang telah mengikuti program Blueprint #1 dalam menggali, mempelajari, serta melatih untuk mendengar langsung dari sang empunya, bagaimana langkah dalam permainan alat musik tradisional Dayak Deah.

"Jika di Kalteng, Kaltim dan Kalbar memiliki alat musik tradisional serupa sape, maka kita juga patut berbangga memiliki alat musik tradisional yaitu Sensapi," ucap Irfan Maulana, anak keturunan Dayak Maanyan itu saat tampil show Sensapi.

Sebelum membawakan lagu, Irfan bercerita bahwa sosok sang Maestro Delis tampil pertama di Ibukota Kalimantan Selatan, yang kerap biasa cuma tampil di masyarakat Dayak Deah saja. Bahkan, menurutnya sang guru ini berkenan turun gunung ke Banjarbaru, demi mengenalkan dan melestarikan alat Sensapi yang nyaris dilupakan banyak orang.

"Kata Om Delis, baru ini saya tampil didengar banyak orang. Biasanya cuma didengar oleh sekitaran keluarga di rumah," ungkap Irfan atau kerap disapa Palui Banaran itu.

Musisi Muda, Irfan Maulana bersama Maestro Delis bermain alat musik Sensapi khas Dayak Deah.

Menurut Irfan, alat tradisional Sensapi itu nyaris dilupakan banyak orang, bahkan tidak tahu adanya keberadaan alat musik tersebut. Hanya saja, kata dia, cuma dilestarikan oleh warga Dayak Deah sekitar untuk ritual adatnya. "Kini, anak-anak mulai menyukai alat Sensapi, ada yang belajar dengan Om Delis," ujarnya.

Irfan mengaku, dirinya sudah mencoba melakukan banyak hal untuk mengenalkan alat Sensapi ke tengah masyatakat. Kini, dia bersama Sang Maestro Delis mencoba tampil ke publik, sebagaimana ingin mengenalkan jenis warna musik dari pengembangan maupun musik tradisional yang menjadi pakem dalam ritualnya.

Ditepi ruang seni Rumah Oettara, Irfan dan Delis berdiri dan memainkan musik pengembangan serta tradisonal, yang dibuat mereka sendiri untuk menghibur warga Banjarbaru. Di antaranya berjudul: Tantangan Wolupm, Taapm Dayak Deah, Gunung Ine Ringgit dan Jaa Lesaw.

Kemudian pertengahan acara adanya sebuah kolaborasi Musik Gintur yang dimainkan oleh ketiga musisi, yakni Irfan Maulana, Novyandi Saputra dan Maestro Delis.

Maestro Sensapi, Delis mengaku senang bahwa kini alat tradisional Dayak Deah mulai dikenal banyak orang. Dahulunya sehari-hari, dia cuma sendiri memainkan bahkan mendengarkan, serta menikmati alunan musik Sensapi bersenandung.

"Kini, anak-anak di Desa Pangelak, Kecamatan Upau, Tabalong. Sudah mulai mempelajari sama gurunya di sekolah-sekolah, dan gurunya itu belajar ke saya," ucap Delis.

Kini, Delis telah menerima banyak murid di kampungnya, namun yang telah serius dan menguasai alat musik Sensapi berjumlah lima orang. "Maka saya bikinkan alat Sensapi buat mereka. Sudah 3 alat Sensapi, saya beri ke mereka," ujarnya.

Diakui Delis, sebelumnya dirinya belum pernah membuat alat musik Sensapi itu secara tekun. Rata-rata di desa itu sudah memiliki alat musik Sensapi untuk ritual adat dan hanya saja karena melihat anak gembira memainkan Sensapi, maka dirinya buatkan dengan senang hati untuk anak-anak di desa tersebut.

Uniknya, Delis kerap memainkan alat Sensapi sembari naik ke atas pohon Manau yang memiliki duri. Memang, diakuinya itu menjadi kebiasaannya ketika bermain alat musik tradisional tersebut. Dan ketahui bahwa Maestro Delis pernah bersanding memainkan musik tradisonal dengan musisi ternama Uyau Moris, pemain musik alat Sampe khas Dayak Kenyah di acara Festival Budaya Dayak Deah 2022.

Founder Rumah Oettara, Novyandi Saputra ingin mendorong dan mengajukan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Selatan kepada sosok musisi Delis untuk dianugerahi sebagai Maestro Sensapi. Sehingga, menurutnya agar musisi tradisional di daerah dapat diperhatikan dan diberi penghargaan yang layak, sebagaimana mestinya kerja seni yang dilakukannya selama ini.

"Mudah-mudahan Om Delis mendapatkan penganugerahaan sebagai Maestro Sensapi dari Kemendikbud RI," ungkap dia.

Budayawan HE Benyamine memberi piagam penghargaan Maesto Sensapi kepada Delis.

Diakhir acara, budayawan HE Benyamine memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada musisi tradisional yakni Delis, tertulis sebagai Maestro Sensapi lewat piagam Rumah Oettara. Dedikasinya selama ini telah memainkan serta melestarikan alat tradisional Dayak Deah tersebut.

"Beliau (Maestro Delis) adalah pelaku seni yang berhubungan dengan kesenian didaerah maka layak diberikan penghargaan ini. Terkadang, sosok seperti beliau kita tak pernah terpikir dan terlupakan, padahal memiliki kekayaan seni yang dapat digali," jelas Benyamine.

Benyamine menyebut, kebanyakan orang kerap menyampingkan dan cenderung terfokus cuma budaya Banjar saja. Lewat ini, dia mengingikan agar terus mengenalkan agar terlestarikannya alat tradisional yang nyaris dilupakan tersebut.

Dipenghujung acara, tampilan Musik Beliatn Sensapi yang dinyanyikan oleh Maestro Delis dan ditutup oleh Irfan dengan membawakan lagu Andri Arai Atei.