starbanjar.com
SNH Projects
SNH Projects

SNH Projects dan Mimpi Robby Mengenalkan Budaya Lokal Lewat Fesyen

Hasanuddin
16.7.2020

Bisnis fesyen belakangan waktu terakhir tengah digandrungi pelaku UMKM di Kalimantan Selatan. Hal ini pula yang membuat Muhammad Robby kepincut merintis brand Style n Humanity (SNH) Projects. Lewat usaha itu, uniknya ia ingin berbisnis sambil mengenalkan kebudayaan dengan produk-produknya yang bernuansa etnik. 

***

Dicetuskan Juni 2020 tadi,  SNH Projects menyediakan berbagai macam pakaian seperti baju, tas, dan kemeja yang berbeda dengan produk lain.

"Kita lebih memaksimalkan kain khas Nusantara seperti sasirangan dan tenun dalam proses pembuatan produk," ucap Owner SNH Projects, Muhammad Robby, Rabu (14/7) siang.

Awal mulanya konsep ini tercetus dari wujud kegelisahan terhadap minimnya kepedulian generasi muda terhadap budaya lokal di Kalsel.  "Pemuda lebih bangga mengenakan produk luar dibandingkan produk lokal sendiri," bebernya.

Meski demikian, ia optimistis masih ada sebagian pemuda di Banua, sebutan Kalsel yang masih peduli terhadap kelestarian budaya lokal. Sehingga SNH Projects hadir untuk mengambil pangsa pasar tersebut.

"Saya yakin satu dari seratus pemuda Kalsel masih ada yang tertarik dengan konsep ini," ungkapnya.

Adapun selain produk bernuansa etnik , SNH Projects sendiri telah memproduksi T-shirt dengan desain tokoh-tokoh nasional dan musisi yang dinilai memiliki karisma tersendiri bagi penggemar.

Misalnya seperti Soekarno, Abdurahman Wahid, Tan Malaka, Soe Hoek Gie, Iwan Fals, BJ. Habibie, Soeharto dan lain-lainnya.  Termasuk musisi mancanegara seperti Gun and Roses dan Bob Marley. "Kita ingin mengenang para pejuang dan mencurahkan kerinduan kepada para fans musisi ternama di Indonesia, khususnya Kalsel," ucap dia.

Soal market, Robby membeberkan produk tas dan totebag telah merambah pasar Kalsel dan Kalteng.  Di antaranya seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Kandangan, Batulicin, dan Kotabaru.

Sementara untuk wilayah Kalteng, SNH Projects sudah melebarkan sayap hingga Kapuas dan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur. "Sementara ini para kostumer lebih banyak di daerah sana," jelasnya.

Menurutnya, terdapat beberapa kendala para pelaku UMKM dalam mengembangkan bisnis di Kalsel. Pertama, minimnya bahan baku sehingga pelaku UMKM Kalsel harus mengambil ke Jawa. Walhasil, pelaku UMKM harus mengeluarkan modal yang lebih besar.

Kedua, biaya produksi di Kalsel yang relatif mahal dibandingkan pulau Jawa. Sementara kualitas produk yang dihasilkan masih kurang. "Itu sebabnya produk kita sulit  bersaing dengan produk luar, khususnya pulau Jawa. Kita akan terus jadi kota dagang, bukan industri," pungkasnya.