Bagikan:
JAKARTA - Kesehatan mental ternyata juga dapat dipengaruhi oleh pola makan atau diet sehari-hari. Sebuah riset terbaru yang dipimpin oleh para peneliti dari Stanford Medicine telah menemukan bahwa diet ketogenik mungkin memiliki peran yang signifikan dalam memperbaiki kesehatan mental.
Menariknya, diet ini tidak hanya memulihkan kesehatan metabolisme pada pasien yang sedang menjalani pengobatan, tetapi juga dapat meningkatkan kondisi kejiwaan mereka.
Penemuan yang dipublikasikan pada 27 Maret dalam jurnal Psychiatry Research ini memberikan indikasi bahwa diet dapat menjadi salah satu faktor penting dalam perawatan penyakit mental.
Dilansir dari Neuroscience News, menanggapi hasil studi ini, Dr. Shebani Sethi, seorang profesor terkait psikiatri dan ilmu perilaku yang juga merupakan penulis utama studi tersebut, menyatakan bahwa temuan ini sangat menjanjikan.
Menurutnya, kontrol atas penyakit mental bisa menjadi lebih terjangkau dengan pendekatan tambahan yang ditawarkan oleh diet ketogenik.
Penulis senior makalah ini, Dr. Laura Saslow dari University of Michigan, menyatakan bahwa diet ketogenik dapat menjadi alternatif yang menjanjikan dalam merawat penyakit mental.
Saslow juga menggarisbawahi pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami secara lebih baik potensi diet ketogenik dalam perawatan penyakit mental.
Ide penggunaan diet ketogenik dalam merawat penyakit mental tidak muncul begitu saja. Dr. Sethi, yang bersertifikasi dalam bidang obesitas dan psikiatri, memulai penelitiannya setelah menemukan hubungan antara diet keto dan perubahan perilaku pada pasien skizofrenia yang mengalami ketidakresponsifan terhadap pengobatan standar.
Meskipun sejarah penggunaan diet ketogenik untuk penyakit mental tidak sepanjang sejarah penggunaannya untuk epilepsi, namun telah ada bukti bahwa diet ini dapat membantu dalam mengendalikan serangan epilepsi yang sulit diobati.
Hal ini mendorong Sethi untuk mengeksplorasi apakah diet ketogenik juga dapat memiliki manfaat serupa dalam merawat penyakit mental.
Dalam uji coba pilot selama empat bulan yang dilakukan oleh tim Sethi, 21 peserta dewasa yang menderita skizofrenia atau gangguan bipolar, sedang mengonsumsi obat antipsikotik, dan memiliki kelainan metabolisme seperti obesitas atau resistensi insulin, diikutsertakan.
Para peserta diinstruksikan untuk mengikuti diet ketogenik, yang mencakup konsumsi karbohidrat sekitar 10% dari total kalori, protein sekitar 30%, dan lemak sekitar 60%.
Hasil dari uji coba ini menunjukkan bahwa mayoritas peserta berhasil mematuhi diet ketogenik dan mengalami peningkatan yang signifikan dalam kondisi fisik dan kejiwaan mereka.
Para peserta tidak hanya kehilangan berat badan dan mengalami penurunan dalam parameter-parameter metabolik seperti tekanan darah, kadar gula darah, dan resistensi insulin, tetapi juga mengalami perbaikan dalam penilaian psikiater tentang keadaan mental mereka.
Sebagai seorang dokter yang merawat banyak pasien dengan gangguan mental dan kelainan metabolisme, Dr. Sethi berharap bahwa temuan ini akan membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut dan pengembangan pendekatan baru dalam merawat pasien-pasien ini.
Dengan begitu, pasien-pasien dengan penyakit mental dan kelainan metabolik dapat memiliki kesempatan untuk merasa lebih baik dan mendapatkan perawatan yang lebih efektif.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 07 Apr 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 19 Apr 2024